Surakarta, SMP Negeri 23 – Pemerintah Kota Surakarta menunjuk lima sekolah negeri sebagai sekolah percontohan pelayanan anak inklusi. SMP Negeri 23, sejak tahun 2014, menjadi salah satunya. Setiap tahun, jumlah anak inklusi yang diterima, semakin banyak. Maka dari itu, Tim Inovasi Sekolah menciptakan Social Story Book dalam rangka memberikan pelayanan terbaik bagi anak-anak inklusi tersebut.
Herni Budiati selaku Kepala SMPN 23 Kota Surakarta, merasa sangat perlu memberikan layanan yang tepat dan mampu mendorong meningkatnya pengetahuan maupun keterampilan murid berkebutuhan khusus terutama yang memiliki spektrum autis (ASD) melalui implementasi Social Story Book, yaitu metode yang dikembangkan oleh Carol Gray yang berupa cerita pendek bergambar yang digunakan untuk mengajarkan suatu konsep atau keterampilan sosial dengan format khusus yang mudah dipahami oleh anak dengan gangguan autisme . Maka, dibentuklah tim inovasi Social Story Book di SMPN 23 Surakarta yang terdiri dari guru-guru Bimbingan Konseling (BK) dan Guru Pendamping Khusus (GPK). Rahmad Adi Indra, sebagai salah satu tim inovasi memaparkan latar belakang terciptanya Social Story Book ini.
“Sejak tahun 2014, sekolah kami ditunjuk oleh Pemerintah Kota Surakarta menjadi sekolah percontohan penerima anak-anak inklusi. Tahun demi tahun, anak-anak inklusi yang diterima di sekolah kami jumlahnya semakin meningkat. Melihat kenyataan tersebut, akhirnya kami menciptakan Social Story Book ini sebagai media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” papar Rahmad.
Lebih lanjut, ia menjelaskan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dengan terciptanya buku -buku tersebut.
“Kami merumuskan beberapa tujuan yang hendak dicapai. Pertama, Memanfaatkan inovasi Social Story Book untuk pembelajaran anak-anak inklusi. Kedua, Membantu anak – anak inklusi mengenal hal-hal baru dalam pembelajaran. Ketiga, Menggali bakat yang dimiliki anak-anak inklusi. Keempat, Harapannya dengan Social Story Book, anak-anak inklusi bisa menyebarluaskan informasi yang didapat kepada teman-teman mereka,” jelasnya.
Rahmad juga menyebutkan bahwa buku-buku yang digunakan, antara lain: Social Story Book berjudul “LINGKUNGAN SEKOLAHKU”, “KANTIN SEKOLAH”, dan “MENJAGA LINGKUNGAN DI SEKOLAHKU”.
Ia menegaskan manfaat penting Social Story Book bagi guru dan anak-anak inklusi.
“Social Story Book ini memberi manfaat penting. Pertama, bagi guru, membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak-anak. Buku-buku tersebut berisi gambar dan tulisan yang mudah dipahami. Hal ini, tentunya, dapat mengatasi persoalan yang sering muncul di lapangan. Kedua, bagi anak-anak inklusi, memudahkan mereka memahami materi yang berguna bagi kehidupannya. Tak hanya itu, buku-buku tersebut juga berguna bagi perkembangan diri sesuai bakat dan ketertarikan mereka,” tegas Rahmad.
Ia juga menceritakan langkah-langkah yang diambil saat menerapkan penggunaan buku-buku tersebut.
“Guru dan anak-anak inklusi membaca buku bersama. Kemudian, berdiskusi tentang isi buku yang telah dibaca. Lalu, anak-anak tersebut menceritakan / merefleksikan hal-hal yang mereka peroleh ketika membaca dan berdiskusi tentang isi buku tersebut,” pungkasnya.
Rizky Saputra, kelas 8 B, mengatakan bahwa ia merasa terbantu dalam memahami materi pembelajaran, “Social Story Book membantu saya belajar dan menemukan hal-hal baru serta menambah wawasan tentang kegiatan-kegiatan di sekolah,” katanya.
Penulis : Dhama Ady Saputra, S. Pd.
Narasumber : Rahmad Adi Indra, S. Pd., dan Rizky Saputra (8 B).
Foto : Dokumentasi Sekolah