SMP Negeri 23 Kota Surakarta, minyak jelantah adalah minyak goreng sisa atau bekas yang telah digunakan berkali-kali. Minyak seperti ini dapat dikategorikan berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Minyak ini cukup banyak dijumpai di kantin sekolah yang setiap hari melakukan aktivitas menggoreng makanan.
Berdasarkan hal tersebut, Tim Inovasi Sekolah melakukan inovasi dengan memproses minyak jelantah tersebut menjadi lilin aroma terapi. Langkah ini merupakan perwujudan pengurangan limbah pencemaran lingkungan, sekaligus menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Lina Saptorini, Tim Inovasi Sekolah, menjelaskan tujuan dilakukannya inovasi minyak jelantah ini.
“Kami merumuskan empat tujuan dari inovasi ini. Pertama, Mengurangi limbah minyak jelantah di kantin sekolah. Kedua, Lilin yang dibakar akan memberikan efek terapi menenangkan dan merilaksasi pikiran. Ketiga, Mengusir nyamuk. Keempat, Menghilangkan bau tidak sedap,” jelas Lina.
Lina merinci alat-alat yang digunakan, antara lain: timbangan digital, kompor, kaleng bekas, penyaring dan pengaduk, gelas pencetak, benang, dan stik kayu.
Ia juga menyebutkan bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu: 1.000 gr Minyak Jelantah, 1.000 gr Parafin padat, 100 gr Parafin cair (White Oil), 20 ml Minyak Atsiri (Essential Oil) Sereh, Crayon bekas berwarna biru dan hijau.
Lebih lanjut, Lina memaparkan langkah-langkah pembuatan lilin aroma terapi sereh tersebut.
“Langkah-langkah pembuatan ada sembilan. Pertama, Timbang minyak jelantah sebanyak 1.000 gram, lalu masukkan ke dalam kaleng bekas. Kedua, Timbang 1.000 gram parafin, kemudian masukkan ke dalam kaleng bekas berisi minyak jelantah tadi. Ketiga, Timbang 100 gram White Oil, masukkan ke dalam kaleng bekas berisi minyak jelantah dan parafin yang sudah mendidih. Keempat, Siapkan gelas atau wadah kaca untuk mencetak lilin. Kaitkan benang ke stik kayu, lalu letakkan di atas gelas kaca, sehingga benang menggantung lurus sampai ke dasar gelas. Kelima, Masak parafin dan minyak jelantah hingga meleleh sempurna. Diamkan sebentar. Keenam, Masukan White Oil, lalu masak bersama minyak jelantah dan parafin. Ketujuh, Parut crayon bekas sebagai pewarna. Masukkan ke dalam panci. Aduk hingga warna bercampur sempurna. Jika ingin beberapa warna, bagi adonan lilin menjadi dua bagian dulu. Setelah itu baru diberi warna. Kedelapan, Tambahkan 20 ml minyak esensial sereh. Bisa dilakukan setelah penambahan warna atau setelah adonan lilin hangat (jika tidak ingin ditambahkan pewarna). Kesembilan, Tuang adonan lilin ke dalam cetakan secara perlahan. Tunggu 1-2 hari untuk memastikan lilin memadat sempurna,” paparnya.
Iapun menjelaskan manfaat-manfaat yang dirasakan oleh para guru, peserta didik, serta tamu yang datang ke sekolah.
“Inovasi minyak jelantah menjadi lilin aroma terapi sereh ini memberikan berbagai macam manfaat. Pertama, bagi guru, proses ini dapat menjadi bahan ajar inovasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Di samping itu, dapat dikembangkan menjadi sarana berwirausaha. Kedua, bagi peserta didik, produk yang dihasilkan dapat digunakan di dalam kelas untuk memberikan aroma yang merelaksasi, menghilangkan bau tidak sedap, dan mengusir nyamuk. Ketiga, bagi tamu, dapat memberikan efek terapi yang menengkan dan merelaksasi dan menjadi souvenir,” pungkasnya.
Sarah Anya Athania, kelas 7 B, mengatakan bahwa ia mendapatkan berbagai macam manfaat.
“Inovasi yang kami lakukan memberikan banyak manfaat. Produk yang kami hasilkan berbau sedap dan enak, tempat yang digunakan juga bagus bisa lebih menarik. warnanya juga cantik dan indah. Proses pembuatannya pun mudah,” katanya.
Penulis : Dhama Ady Saputra, S. Pd.
Narasumber : Lina Saptorini, S. Pd. dan Sarah Anya Athania.
Foto : Dokumentasi Sekolah.