Surakarta, SMP Negeri 23 – Apel Beludru disebut juga Bisbul atau Buah Mentega. Di lingkungan SMP Negeri 23 Kota Surakarta, banyak terdapat pohon Apel Beludru. Karena sudah matang, banyak buah yang jatuh dari pohon. Tidak banyak orang suka memakannya langsung karena aromanya yang cukup tajam.
Berangkat dari kondisi tersebut, Tim Inovasi Sekolah mendapat ide untuk mengolah buah Apel Beludru hingga memberikan manfaat lebih.
Sri Kusnani, Ketua Pokja Inovasi Sekolah, mengatakan bahwa Apel Beludru adalah tanaman yang sudah langka. Iapun menjelaskan beberapa manfaatnya, antara lain: dapat diolah menjadi makanan, es krim, dan baik juga baik untuk menjaga kesehatan.
“Apel Beludru ini merupakan buah yang langka. Bentuknya bulat dengan bulu-bulu halus menempel di kulitnya. Buah ini dapat diolah menjadi berbagai macam makanan serta es krim. Buah inipun sangat bermanfaat untuk menunjang kesehatan, yaitu: dapat menjadi obat batuk dan asma. Selain itu, kandungan vitamin dan mineralnya berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh,” paparnya.
Kusnani menjelaskan bahwa kali ini, Tim Inovasi Sekolah sengaja memilih Apel Beludru karena banyak terdapat di sekolah. Buah tersebut diolah menjadi selai dengan nama “SELADRU” atau Selai Apel Beludru.
“Mengapa kami memilih buah ini? Karena buah ini banyak terdapat di sekolah. Aroma buah ini cukup menyengat, sehingga banyak orang tidak suka memakannya secara langsung. Kamipun berpikir keras bagaimana caranya agar buah ini dapat diolah dan memberi manfaat lebih. Tercetuslah sebuah ide untuk mengolahnya menjadi selai. Kamipun menamakannya “SELADRU”, yaitu Selai Apel Beludru,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kusnani menerangkan beberapa alat yang digunakan untuk membuat Apel Beludru menjadi SELADRU.
“Alat-alat yang dibutuhkan adalah: waskom yang digunakan untuk mencuci Apel Beludru. Selain itu, ada pisau yang digunakan untuk mengupas kulitnya. Ada juga parut yang digunakan untuk memarut / menghaluskan. Berikutnya adalah panci yang digunakan untuk memanaskan. Serta wajan yang digunakan untuk memasak hingga kering Apel Beludrunya. Kemudian, ada loyang yang digunakan untuk menggulung kulit pangsit berisikan parutan Apel Beludru. Terakhir, sothil (spatula) dan erok-erok sebagai alat penggorengnya,” terangnya.
Kusnani juga merinci bahan-bahan yang digunakan untuk membuat makanan tersebut. Antara lain: Apel Beludru, gula pasir, kayu manis, daun pandan, serta air.
Tak ketinggalan, ia menjelaskan langkah-langkah membuat makanan olahan Apel Beludru. Ada empat langkah yang harus dilakukan.
“Ada empat langkah yang harus dilakukan untuk membuat makanan ini. Pertama, kupas Apel Beludru, kemudian cuci bersih. Kedua, parut daging Apel Beludru, buang bijinya. Ketiga, masak parutan tersebut dengan air. Jangan lupa tambahkan gula, kayu manis, dan daun pandan. Masak hingga kering. Keempat, gulung kulit pangsit berisi selai Apel Beludru, lalu goreng hingga kecokelatan, Terakhir, makanan siap dihidangkan dan dinikmati,” pungkasnya.
Iapun berharap bahwa hasil inovasi ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi siapapun.
Shinta Fitriani, kelas 7 B, mengatakan bahwa ia senang dapat terlibat dalam Tim Inovasi Sekolah, khususnya ketika mengolah buah Apel Beludru menjadi SELADRU.
“Saya sangat senang dapat terlibat dalam Tim Inovasi Sekolah. Saya menjadi tahu bahwa buah Apel Beludru termasuk dalam buah langka. Manfaatnyapun bermacam-macam, mulai dari dapat diolah menjadi makanan dan es krim. Selain itu, berguna juga sebagai obat batuk atau asma, serta dapat menjaga kekebalan tubuh,” katanya.
Penulis : Dhama Ady Saputra, S. Pd.
Narasumber : Sri Kusnani, S. Pd. (Ketua Pokja Inovasi Sekolah) dan Shinta Fitriani (7 B).
Foto : Dokumentasi Sekolah